Peradaban Islam di Benua Afrika
Penyebaran Agama Islam masuk ke Benua Afrika semenjak Rasulullah Saw. masih hidup. Pada tahun ke-5 dari kenabian, Rasulullah Saw. Memerintahkan beberapa orang sahabatnya (berjumlah 15 orang, 11 orang laki-laki dan 4 orang wanita) untuk berhijrah ke Habsyah (Ethiopia).
Hijrah ini dipimpin oleh Usman bin Maz’un dengan maksud untuk menghindari penyiksaanpenyiksaan, dan menyelamatkan diri dari kaum kafir Quraisy serta mendakwahkan agama Islam. Selain itu, pada ± tahun ke-6 Hijrah, Nabi Saw. mengutus sahabatnya Hatib bin Abi Balta’ah untuk menyampaikan surat dakwah (seruan masuk Islam) kepada Muqauqis (penguasa Mesir, gubernur Romawi Timur).
Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah (643 - 644 M atau 13 – 23 H). Amr ibn ‘As sebagai Panglima perangnya, Mesir dapat dibebaskan dari penjajahan bangsa Romawi, yang waktu itu dikuasai oleh Muqauqis (gubernur Mesir yang diangkat oleh Kaisar Romawi). Pada abad 7 - 8 Masehi Islam menyebar ke negara-negara di Afrika Utara serta terjadi Islamisasi dan Arabisasi. Penyebaran Islam di Benua Afrika tidak terlepas dari persaingan antara Islam dan Kristen, serta antara Islam dan westernisasi sekuler. Meski begitu, Islam di Benua Afrika tetap berkembang ke arah yang lebih maju secara kuantitas maupun kualitas.
a. Mesir
Mesir sebagai salah satu negara agraris yang menghasilkan kapas, padi-padian, sayur mayur, tebu, dan buah buahan, juga terdapat industri tekstil, pariwisata, bahan kimia, baja, semen pupuk. Negara ini besar jasanya bagi kemajuan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kebudayaan. Hal ini ditandai dengan didirikannya berbagai perguruan tinggi, dan yang tertua adalah Universitas AlAzhär di Kairo, yang didirikan oleh Jauhar A1-Khatib As-Saqili pada tanggal 7 Ramadan 361 H (22 Juni 972 M).
b. Aljazair
Aljazair terletak di Afrika Utara. Bentuk pemerintahannya ialah republik, adapun ibukotanya adalah Al-Jir, dan bahasa resminya ialah bahasa Arab dan bahasa Perancis. Penduduknya yang beragama Islam berjumlah 99,1% dan seluruh penduduk Aljazair diperintah oleh bangsa Romawi semenjak tahun 40 SM, oleh Vandala dan tahun 429-534 M, oleh Bizantium dan tahun 534-690 M, akhir abad ke-7 dikuasai umat Islam. Pada tahun 1830 M Aljazair diduduki oleh Perancis, dan baru pada tanggal 3 Juli 1962 memperoleh kemerdekaan. Pada tahun 1980, Masa kebangkitan Islam di Aljair ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Terbukti adanya kegiatan generasi muda yang mengadakan kegiatan kajian Islam dan kegiatan meakmurkan masjid.
2. Ekonomi direncanakan secara sistematis dengan menggunakan kekuatan industrialisasi yang secara sosial terintegrasi dan secara sosial bersifat konstruktif serta menimbulkan kemerdekaan secara internasional.
3. Hasil Pusat Latihan Imam yang diselenggrakan di Meftah, sebelah utara Al-Jir dan Universitas Teknik Ultra Modern dibangun di Oran.
Di Aljazair terdapat Kementerian Agama (Wizarah As-Syu’un AlDiniyah), yang bertugas mengembangkan studi Islam dan mengenalkan tradisi Islam serta ideologi Islam. Salah satu kegiatannya adalah mengadakan seminar tentang pemikiran Islam yang pertama di Batna (1969), kedua di Aures (1978), dan ketiga di Al-Jir (1980). Pengembangan dan peningkatan kualitas keIslaman di Aljazair semenjak tahun 1981 - 1986 telah dibangun 160 sekolah Al-Qur’an, yang terletak di berbagai wilayah di Aljazair.
c. Tunisia
Tunisia terletak di Afrika Utara, bentuk pemerintahannya ialah Republik, adapun ibukotanya adalah Tunis (dulu bernama Tarsyisy). Penduduknya mayoritas beragama Islam, yakni sebanyak 99,4%. Islam masuk ke Tunisia pada tahun 670 M. Semenjak itu, Tunisia diperintah oleh penguasa-penguasa Islam. Pada tahun 1881 Muhammad Sadiq, raja dari kerajaan Husainiyah, menyerah pada Perancis. Sejak itu, Tunisia menjadi jajahan Perancis sampai dengan memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1956 M.
Dalam sejarah perkembangan Islam Tunisia mempunyai peranan besar melalui lembaga pendidikan Jam’iyah Zaitunah, yang kemudian berubah menjadi Institut Ilmu-ilmu Islam, kader-kader ulama diberikan Pendidikan dan pelatihan agar menjadi ulama besar. Lembaga pendidikan tersebut berada dalam pengarahan dan pengawasan pemerintah Tunisia karena negara ini aktif dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan ikut menentukan pengambilan keputusan mengenai kebijakan-kebijakan diplomasi Timur Tengah, terutama yang menyangkut konflik di Timur Tengah, khususnya konflik Palestina dan Israel.