Surat al-Qasas/28: 85 dan Q.S. alBaqarah/2: 143 tentang Cinta Tanah Air
a. Menerjemahkan Q.S. al-Qasas/28: 85
Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan engkau (Muhammad) untuk (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali. Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang berada dalam kesesatan yang nyata.”
b. Menerjemahkan Q.S. al-Baqarah/2: 143
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyianyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.”
5. Memahami Asbabun Nuzul Q.S. al-Qasas/28: 85 dan Q.S. al-Baqarah/2: 143
a. Asbabun Nuzul Q.S. al-Qasas/28: 85
Dalam riwayat al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas, bahwa yang dimaksud: Laraadduka ilaa ma’aad (“benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali.”) adalah “ke Makkah.” Demikian pula yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i dan Ibnu Jarir dari hadits Ya’la, yaitu Ibnu ‘Ubaid ath-Thanafisi. Demikian pula yang diriwayatkan oleh al ‘Aufi dari Ibnu ‘Abbas, Laraadduka ilaa ma’aad (“benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali.”) yaitu benar-benar akan mengembalikanmu ke Makkah sebagaimana engkau diusir darinya.
Di dalam kitab Tafsir ash-Shawi dijelaskan, bahwa ketika Rasulullah Saw. diarahkan supaya berhijrah ke kota Yatsrib (Madinah), menginap di Gua Hira bersama Abu Bakar Ra, lalu meneruskan perjalanan dengan melewati jalan yang tak biasa diambah para musafir, maka sampailah beliau berdua di daerah bernama Juhfah yang terletak di antara Mekkah dan Madinah.
Di daerah ini Rasulullah Saw. sempat berhenti sejenak dan mengarahkan tatapan matanya ke arah jalan menuju kotaMekkah. Dalam hati beliau muncul rasa rindu dan pikiran beliau teringat tempat kelahiran beliau itu. Pada saat itulah malaikat Jibril as. datang menghampiri beliau untuk menyampaikan pesan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. Pesan itu berupa ayat Q.S. al-Qasas/28: 85, di mana kelak Rasulullah Saw. akan diijinkan kembali ke tanah kelahiran beliau di Mekkah. Pesan itu terbukti yaitu tatkala Rasulullah Saw. dapat menginjakkan kaki kembali di tanah kelahiran beliau pada waktu peristiwa Fathu Mekkah.
b. Asbabun Nuzul Q.S. al-Baqarah/2: 143
Di dalam kitab Mausu’at al-Hafidz Ibn Hajar dijelaskan bahwa asbabun nuzul Q.S. al-Baqarah/2: 143 berdasarkan keterangan dari Muqatil adalah; bahwa ada sekelompok orang Yahudi di Madinah antara lain Mirhab, Rabi’ah, dan Rafi’ yang berpendapat di hadapan sahabat Mu’ad bin Jabal. Mereka berpendapat bahwa berpalingnya Rasulullah menghadap kiblat dari semula kiblat Baitul Muqaddas (di Indonesia lebih sering disebut Baitul Maqdis) di Palestina bergeser ke kiblat Ka’bah di Mekkah adalah karena dengkinya Nabi Muhammad Saw.
Menurut mereka, nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad semuanya menjadikan kiblat Masjidil Aqsha karena letaknya yang pas. Dari kejadian itu lalu turunlah Al-Qur’an surat al-Baqarah/2 :143. Melalui ayat ini, Allah Swt. bermaksud memberitahukan kepada umat manusia bahwa perubahan kiblat umat Islam ke kiblat Ibrahim yakni Ka’bah adalah karena alasan terbaik. Kata ‘wasath’ di sini adalah pilihan yang terbaik.
Abu Sa’id mengatakan bahwa yang demikian itu adalah firmanNya, “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang adil” (Al-Baqarah: 143), al-wasat artinya adil. Kemudian kalian dipanggil dan kalian mengemukakan persaksian untuk Nabi Nuh, bahwa dia telah menyampaikan (nya) kepada umatnya, dan dia pun memberikan kesaksiannya pula terhadap kalian.” (HR. Al-Bukhari: 3339/4487, Ahmad: 3/32, At-Tirmidzi: 2961, AnNasai: 1007, dan Ibnu Majah: 4284).