Bukti Beriman kepada Qada dan Qadar

Bukti Beriman kepada Qada dan Qadar

a. Senantiasa berikhtiar yaitu tercermin dalam sikap:

1) Berusaha dan kerja keras dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Manusia diciptakan sebagai makhluk paling mulia melalui anugerah dari Allah Swt. berupa potensi akal dan pikiran untuk dijadikan modal dan bekal menjalani kehidupan. Dengan akal pikiran yang dimilikinya, manusia hendaknya senantiasa berusaha dan dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki dalam menjalani kehidupan.

2) Memiliki etos kerja yang tinggi yang ditandai dengan sikap profesional, karakter pantang menyerah serta senantiasa bertanggungjawab dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga menghasilkan sesuatu secara efektif dan efisien untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak.

3) Memiliki sikap optimis, tidak mudah putus asa. Seseorang yang beriman kepada qada dan qadar akan senantiasa bersemangat dalam berusaha, dan tidak mudah putus asa apabila mengalami kegagalan. Seseorang yang mengimani qada dan qadar akan memiliki keyakinan bahwa terdapat pelajaran yang sangat berharga di balik kegagalan yang menimpa.

Dengan keyakinan ini maka akan menjadikannya selalu berintrospeksi mencari kelemahan dan kekurangannya, kemudian belajar/berlatih dengan tekun, disertai keyakinan bahwa apapun hasil yang diperoleh setelah melakukan ikhtiar, itulah yang terbaik menurut Allah Swt.


b. Senantiasa berdoa, syukur dan sabar

1) Berdoa, memohon kepada Allah Swt. agar diberikan kemudahan dalam melakukan segala sesuatu.

Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan Engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah

2) Ikhlas, ridho, lapang dada dan berjiwa besar dalam menerima segala sesuatu yang berhubungan dengan qada dan qadar Allah.

3) Tidak berbangga diri dengan apa yang telah diraih seperti kesuksesan dan harta yang dimilikinya, sebab semua itu merupakan pemberian Allah Swt. yang telah ditentukan ukurannya. Kalian masih ingat kisah Qorun yang selalu membanggakan hartanya? Ia menganggap semua kekayaan yang dimiliki adalah hasil dari usahanya semata. Kemudian apa yang terjadi padanya? Allah menenggelamkan Qorun beserta hartanya sebagai bukti kekuasan-Nya terhadap orang yang takabur.

4) Syukur atas nikmat, dan sabar atas ujian merupakan senjata dalam kehidupan. Syukur dapat dilakukan secara secara lisan yakni dengan mengucapkan Alhamdulillah, dan syukur juga bisa dilakukan dengan perbuatan antara lain dengan memperbanyak ibadah, memperbanyak sedekah dan menggunakan harta yang dimiliki sesuai tuntutan Allah Swt. Ketika mendapat keberhasilan, maka orang yang beriman akan menerimanya sebagai sebuah karunia dan tetap merasa rendah hati kepada siapa pun. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang beriman pada qada dan qadar akan senantiasa bersabar ketika mendapat ujian dari Allah Swt. Ujian bisa berupa kegagalan, kesusahan, kesulitan, cobaan, musibah, yang kesemuanya menguji keimanan seseorang. Yakinlah bahwa apa pun yang menimpa diri kita, baik itu kenikmatan, kesuksesan maupun kegagalan, kedua-duanya tidak terlepas dari qada dan qadarnya Allah Swt..


c. Senantiasa tawakal kepada Allah setelah ikhtiar dengan maksimal dan berdoa.

1) Sikap tawakal dilakukan oleh seorang mukmin setelah ia berusaha semaksimal mungkin dan kemudian menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah Swt.

2) Memiliki sikap husnuzan, bahwa apa pun yang dialami manusia, itulah yang terbaik menurut Allah Swt.

3) Memiliki jiwa yang tenang, hidupnya tentram dan merasa bahwa dirinya selalu dekat dengan Allah, tidak mudah terkena pengaruh lingkungan atau pergaulan yang kurang baik.

4) Memiliki jiwa qanaah, yaitu merasa cukup dengan apa yang dimiliki, menjauhi perilaku tamak dan rakus.


4. Mewujudkan Ketenangan Jiwa dengan Tawakal Atas Qada dan Qadar Allah Swt.

Sebagai seorang mukmin yang meyakini adanya qada dan qadar Allah, maka kita akan meyakini bahwa apa pun yang terjadi sudah ditentukan ukuran, takarannya oleh Allah, dan hal itu merupakan hal terbaik untuk makhlukNya. Dengan keyakinan ini akan tumbuh sikap optimis, yang kemudian menjadi energi untuk berusaha mewujudkan harapannya, baik yang bersifat duniawi atau pun ukhrawi. Sikap optimis akan mendorong seseorang untuk senantiasa berikhtiar menghadapi masalah sesuai tuntunan Islam, kemudian menjadikannya sebagai pilihan. Seseorang yang optimis tidak akan mudah putus asa dalam kehidupannya. Ia akan terus berupaya sesuai kemampuan, kemudian bertawakal kepada Allah Swt.

Imam Ahmad bin hambal menjelaskan bahwa tawakal termasuk ke dalam katagori perbuatan hati, sehingga perilaku tawakal tidak bisa terlihat dalam bentuk fisik. Sikap tawakal akan menjadi pembeda antara orang yang beriman dengan orang yang tidak beriman. Bagi seseorang yang beriman, maka ia akan berserah diri kepada Allah Swt. setelah berusaha semaksimal mungkin. Sebaliknya orang yang tidak beriman kepada qada dan qadar dia tidak akan mau menerima ketetapan dan ketentuan Allah Swt.

Sebagai seorang yang beriman, kita harus memupuk kesadaran bahwa sesungguhnya Allah Swt. lebih mengetahui sesuatu hal yang paling baik untuk kita. Apabila kita mendapatkan sesuatu sesuai harapan, hendaknya kita bersyukur kepada Allah Swt. Sebaliknya jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan, hendaknya kita bersabar dan segera melakukan introspeksi sehingga kita bisa segera melakukan yang lebih baik lagi. Dengan sikap syukur dan sabar tersebut maka kita akan merasakan ketenangan jiwa, sebab selalu menerima apa yang ditentukan oleh Allah kepada kita.

Anak-anakku marilah kita berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan atau harapan kita, tentunya dengan diiringi doa memohon pertolongan Allah Swt. kemudian marilah kita bertawakal terhadap apanpun ketentuan atau ketetapan Allah kepada kita.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel