Ekspresi Seni Islami
Islam tidak membatasi kreativitas seni penganutnya, selama karya seni itu tidak melanggar syariat Islam. Berikut adalah bentuk-bentuk ekspresi seni Islami yang tumbuh dan berkembang di masyarakat:
a. Seni Baca Al-Qur’an
Seni baca Al-Qur’an adalah seni memperindah suara pada saat membaca Qur`an. Seseorang dapat dikatakan memiliki seni dalam baca Al-Qur’an apabila telah menguasai teori seni bernyanyi, memahami ilmu tajwid serta dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil. Di Indonesia banyak dilakukan lomba seni membaca Al-Qur’an yang dikenal dengan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Lomba ini biasanya diselenggarakan secara berjenjang dari tingkat desa/kelurahan hingga tingkat nasional dan kelompok umur anak-anak hingga dewasa.
MTQ telah ada di Indonesia sejak tahun 1940-an, yang ditandai dengan berdirinya Jami’atul Qurro wal Huffadz, yang didirikan oleh Nahdhatul Ulama’. Pada awal mulanya, MTQ diselenggarakan di daerah-daerah pelosok Indonesia, seperti daerah perkampungan, kabupaten, dan provinsi.
Pelaksanaan MTQ waktu itu masih sangat tradisional. Namun seiring berjalannya waktu, MTQ juga diselenggarakan di level nasional, bahkan internasional.
Perlombaan MTQ yang berlangsung secara resmi dan formal baru dilaksanakan pada tahun 1968 yang dilaksanakan di Makasar. Saat itu K.H. Muhammad Dahlan menjabat sebagai Menteri Agama, MTQ dilembagakan secara nasional melalui Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ).
Tujuan utama diadakannya MTQ adalah untuk mendekatkan jiwa umat Islam kepada kitab suci dan meningkatkan semangat membaca, mempelajari, serta mengamalkan Al-Qur’an.
Dalam seni membaca Al-Qur’an terdapat beberapa lagu, yang maknanya tidak sama dengan lagu-lagu musik. Lagu Al-Qur`an tidak boleh terikat oleh notasi musik, dan hanya akan mampu disuarakan secara baik oleh pembaca Al-Qur`an yang menguasai ilmu membaca dan menghayati keindahan seni bacaan. Oleh karena itu orang yang ingin melagukan Al-Qur`an hendaklah menerapkan lagu-lagu bacaan Al-Qur`an yang dilantunkan secara indah oleh para ahli qari’ (pembaca). Pada garis besarnya lagu-lagu populer bacaan Al-Qur`an itu adalah nada Bayyati, Hijaz, Shaba, Rast, Jiharka, Sika, dan Nahawand.
b. Seni Kaligrafi
Kaligrafi berasa dari bahasa latin yang terdiri dari kalios (calios) artinya indah dan graf (graph) yang berarti gambar atau tulisan. Dalam Bahasa Inggris dikenal istilah Calligraphy, yaitu seni menulis indah. Sedangan dalam bahsa Arab disebut Khat yang artinya garis atau tulisan indah. Menurut KH. Sirojuddin, salah seorang pakar kaligrafi di Indonesia, kaligrafi adalah seni menulis huruf Arab dengan indah yang isinya mengenai ayat-ayat Al-Quran atau Al-Hadis. Menurutnya, kaligrafi Arab terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu: Tsulus, naskhi, kufiriq’ah, ijazah, diwani, diwani jali, dan farisi.
c. Seni Arsitektur
Arsitektur Islam dapat diartikan sebagai sebuah karya seni dalam bentuk bangunan dengan berdasarkan konsep pemikiran Islam yang berasal dari berbagai sumber. Seperti sumber Al-Qur’an, sahabat, para ulama, Nabi, keluarga Nabi, maupun cendekiawan muslim.
Arsitektur berkembang sebagai respon terhadap cara berpikir manusia, yang dengan kecerdasannya senantiasa mengadakan perubahan-perubahan yang berdasarkan kemajuan hidupnya. Saat ini, seni arsitektur Islam tersebut sudah berkembang dengan sangat luas yang dapat memperkaya peradaban Islam di dunia.
Sebagai sebuah seni, arsitekur Islam memiliki beberapa prinsip yang mengajak umat Islam senantiasa:
1) Mengingat Allah Swt.
2) Melaksanakan ibadah sesuai syariat Islam.
3) Berjuang untuk menengakkan ajaran Islam.
4) Mengingat kematian dan kehidupan setelah kematian.
5) Mengutamakan akhlak terpuji rendah hati.
6) Meyakini bahwa seni arsirekur tersebut mengandung unsur wakaf dan kesejahteraan publik, sehingga manusia dianjurkan berinteraksi dan saling tolong menolong.
Diantara contoh arsitektur Islam yang bisa kita saksikan dan kita nikmati keindahannya, antara lain ribuan macam gaya arsitektur masjid di seluruh dunia dengan bentuk, warna, hiasan serta ukuran yang berbeda. Meskipun beraneka bentuk dan ukuran, mesjid selalu dibangun berdasarkan prinsit di atas, serta memiliki konsep keindahan sesuai budaya masyarakat sekitarnya.
Sebagai contoh: Masjidil Haram di Makkah, Bangunan Taj Mahal di India, Istana Al-Hamra di Spanyol, Masjid Agung Samarra. Demikian juga di negara kita Indonesia terdapat Masjid Kudus, Masjid Agung Demak, masjid Laksamana Cheng Ho di Surabaya, masjid Agung Semarang, masjid Baiturrahman di Aceh, masjid al-Mashun di Medan, dan juga masjid-masjid lainnya.
d. Seni Musik Islami
Generasi muslim, lazimya manusia menyukai keindahan, termasuk keindahan musik. Sebagai seorang muslim, apakah kita boleh menikmati musik? Bagaimana ketentuan Islam terhadap seni musik? Apakah musik Islami itu? Untuk memahaminya, mari kita perhatikan pembahsan berikut ini.
Musik islami adalah jenis musik yang berupa lirik dan lagu yang kental dengan nuansa keislaman, terutama dalam syairnya yang berisi pesan-pesan Islam secara tersurat. Dalam dunia Islam, seni musik mulai berkembang sejalan dengan meluasnya perkembangan wilayah kekuasaan Islam. Seni musik berkembang pesat pada era kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Pada saat itu, para ilmuwan muslim menerjemah-kan risalah musik dari Yunani, terutama ketika Khalifah Al-Ma’mun berkuasa. Diantara tokoh yang muncul saat itu adalah Yunus bin Sulaiman Al-Khatib (wafat 785 M), seorang pengarang musik pertama dalam Islam.
Musik memiliki peranan yang baik dalam kehidupan sosial Masyarakat maupun dalam kehidupan beragama. Dalam pandangan Prof KH Didin Hafidhudin, kesenian -termasuk seni musik- merupakan kebutuhan yang sesuai dengan fitrah manusia, dan Islam merupakan agama yang menghargai fitrah manusia. Karena itu, seni musik sah untuk dikembangkan.
Namun demikian, musik dalam pandangan Islam memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yakni memiliki unsur religi dari sisi lagu dan religi dari sisi pihak yang mengusung lagu tersebut. Dari sisi lagu, harus mengarah kepada pujian kepada Allah Swt. Sementara itu, orang yang membawakan lagu tersebut harus mengenakan pakaian yang sopan dan tidak membuka aurat.
Diantara ragam musik islami yang berkembang di Indonesia antara lain: Nasyid, qasidah, hadrah, marawis, gambus, dan sebagainya.
1) Nasyid
Kata nasyid berasal dari bahasa Arab yang berarti senandung. Kata ini mengalami penyempitan makna dari senandung secara umum, menjadi senandung yang bernafaskan Islam. Nasyid merupakan salah satu bentuk musik vokal Islami yang lirik lagunya bermuatan pesan-pesan moral, pendidikan, kata-kata nasihat, kisah para nabi, puji-pujian kepada Allah Swt., dan sebagainya. Lagu nasyid biasanya dinyanyikan secara acappela, namun dalam perkembangannya, nasyid juga dimainkan menggunakan alat kesenian lainnya sesuai dengan keterampilan dan modifikasi para seniman.
Nasyid diyakini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw. Yang ditandai dengan munculnya syair berikut:
Syair tersebut dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah saw. ketika pertama kali hijrah ke Madinah.
Di Indonesia, nasyid mulai berkembang sekitar tahun 1980 an, yang dipelopori para aktivis-aktivis Islam di kampus. Dalam perkembangan selanjutnya, muncul grup-grup nasyid berbahasa Indonesia, dan tema-tema yang lebih luas.
2) Hadroh
Makna hadroh dari segi bahasa diambil dari kalimat bahasa Arab yakni hadhoro yang berarti kehadiran. Dalam kamus istilah keagamaan, hadrah adalah bentuk seni suara yang bernapaskan Islam yang berisi puji-pujian kepada Allah Swt. dan Rasulullah saw. Dengan diiringi instrumen musik rebana dan disertai tarian dari para penabuh rebana. Hadrah dikenal juga dengan music terbangan atau rebana, telah ada pada masa Nabi Muhammad saw. Yakni saat penyambutan kaum Anshar kepada Nabi Muhammad SAW. yang hijrah dari Makkah ke Madinah. Mereka disambut dengan solawat badar yang diiringi musik perkusi.
Seni hadroh berasal dari daerah Timur Tengah, kemudian meluas perkembangannya hingga ke Indonesia, dan mengalami penyesuaian dengan musik-musik tradisional baik seni lagu yang dibawakan maupun alat music yang dimainkan. Seni hadrah di Indonesia biasanya ditampilkan pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., pernikahan, akikah, sunatan, dan sebagainya. Hadroh cocok dimainkan oleh siapapun untuk mengiringi nyanyian sholawat yang bertemakan pesan-pesan agama dan juga pesanpesan sosial budaya.
3) Qasidah
Qasidah berasal dari bahasa arab yang artinya nyanyian, yakni lagu serta musik dengan syair-syair bertemakan agama Islam atau da’wah Islam. Qasidah terdiri dari lima atau enam orang dalam memainkan berbagai alat musik. Rebana dan kecrek sebagai alat musik yang utama, tetapi dalam perkembangannya qasidah juga dimainkan menggunakan alat kesenian lainnya sesuai dengan keterampilan dan modifikasi seniman itu sendiri.
Qasidah adalah seni suara yang bernapaskan Islam, lagu-lagunya mengandung unsur-unsur dakwah Islami dan nasihat-nasihat sesuai ajaran Islam. Lagu-lagu itu dinyanyikan dengan irama penuh kegembiraan, hampir menyerupai irama-irama Timur Tengah dengan diiringi rebana, yaitu sejenis alat tradisional yang terbuat dari kayu dalam bentuk lingkaran yang dilobangi pada bagian tengahnya kemudian di tempat yang dilobangi itu di tempel kulit binatang yang telah dibersihkan bulu-bulunya.
Awalnya rebana berfungsi sebagai instrument untuk mengiringi lagulagu keagamaan berupa pujian-pujian terhadap Allah Swt dan rasul-rasulNya, salawat, syair-syair Arab, dan lain lain. Dalam perkembangannya di Indonesia, lagu-lagu qasidah liriknya juga dibuat dalam bahasa Indonesia. Alat musiknya pun berkembang bukan hanya rebana dan mandolin, namun disertai alat-alat modern, seperti biola, gitar listrik, keyboard dan flute. Seni qasidah biasa ditampilkan pada acara peringatan hari besar Islam lainnya, pernikahan, khitanan dan lain sebagainya.