Pengertian dan Dalil Iman Kepada Qada dan Qadar
Generasi muslim, qada dan qadar merupakan dua kata yang memiliki makna hampir sama. Kedua istilah ini juga disebut dengan takdir atau ketentuan Allah Swt. Qada secara bahasa artinya adalah keputusan, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan, mewujudkan atau menjadikan.
Pengertian qada secara istilah adalah ketetapan Allah Swt. terhadap sesuatu sejak zaman azali. Sedangkan pengertian qadar dari segi bahasa adalah ukuran, kepastian, kekuasaan, peraturan, kemampuan, kehendak, perwujudan. Secara definisi, qadar adalah perwujudan dari ketetapan Allah Swt. terhadap makhluknya sesuai dengan ukuran dan bentuk yang telah ditetapkan. Perlu kalian ketahui, bahwa qada dan qadar merupakan dua hal yang saling berhubungan antara satu dan lainnya. Qada merupakan sebuah rencana, sedangkan qadar merupakan kenyataan yang terjadi.
Bahwa Allah Swt. telah menetapkan takdir seseorang, baik jenis kelaminnya, rizkinya, dan ajalnya. Nabi saw. bersabda:
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Hammad dari Ubaidillah bin Abu Bakar bin Anas dari Anas bin Malik radliyallahu’anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah mengutus malaikat pada setiap rahim, kemudian malaikat tersebut mengatakan; ‘Ya rabbi, ataukah sebatas segumpal mani?, ya rabbi, ataukah sebatas segumpal darah?, ya rabbi, ataukah sebatas segumpal daging?, ‘ dan jika Allah berkehendak memutuskan penciptaannya, malaikat mengatakan; ‘ya rabbi, ataukah laki-laki ataukah perempuan?, sengsarakah ataukah bahagia?, seberapa rejekinya, kapan ajalnya?, ‘ lantas ditulis, demikian pula dalam perut ibunya. (HR. Bukhari)
Semua makhluk yang lahir kemudian ia mengalami suatu kejadian, tentu hal tersebut sesuai dengan qada atau ketentuan yang telah ditetapkan Allah Swt. Contohnya seorang ibu yang memiliki seorang bayi, atau seorang penjual kerupuk. Hal ini sesuai dengan qadanya, bahwa sejak zaman azali sudah ditetapkan bahwa ibu tersebut akan melahirkan seorang bayi, kemudian mengasuh dan mengurusnya. Demikian juga sudah ditetapkan akan lahir seorang bayi yang nantinya akan menjadi seorang penjual kerupuk keliling. Ketetapan Allah Swt. untuk manusia sejak zaman azali dinamakan qada, sedangkan sesuatu yang saat ini terjadi dinamakan qadar.
Iman kepada Qada dan Qadar mengandung makna bahwa seorang mukmin hendaknya meyakini bahwa Allah Swt. telah menetapkan qada bagi semua makhluknya. Allah berfirman dalam surat al-Furqon [25] ayat 2 sebagai berikut:
Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (Q.S. Al Furqan [25]: 2)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Swt. telah menetapkan segala sesuatu di alam semesta ini. Demikian juga suatu kejadian yang terjadi, semua itu merupakan rencana Allah Swt., namun tidak ada satu makhluk pun yang mengetahuinya, sebelum hal tersebut benar-benar terjadi.
Generasi muslim walaupun setiap manusia telah ditetapkan takdirnya, manusia harus tetap berusaha untuk mendapatkan yang paling baik. Takdir tidak akan datang sendiri menghampiri kita, jadi jangan dijadikan alasan untuk malas berusaha.
Mengenai kewajiban berikhtiar terlebih dahulu sebelum bertawakal, dijelaskan dalam sebuah kisah. Ada seorang Badui yang datang menghadap Nabi saw. dengan menunggang kuda. Setelah sampai di hadapan Nabi saw., orang tersebut turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi saw. Tanpa mengikat kudanya terlebih dahulu. Orang tersebut ditegur oleh Nabi saw: “Mengapa kudanya tidak diikat?” Orang Badui itu menjawab; “Biarlah saya tawakal kepada Allah Swt.”, Nabi pun kemudian bersabda: “Ikatlah kudamu terlebih dahulu, dan bertawakallah kepada Allah Swt.”
Kitasebagaimanusiaberkewajibanuntukberusahasemaksimalmungkin, dan kemudian bertawakal dengan menyerahkannya kepada Allah Swt. Kita juga harus meyakini bahwa apapun hasilnya, hal tersebut merupakan yang terbaik bagi kita menurut Allah Swt. Sebagai contoh seorang siswa yang ingin lulus sekolah maka ia harus belajar dengan giat disertai doa kemudian menyerahkan dengan sepenuh hati kepada Allah Swt. atas hasilnya.